Rabu, Desember 29, 2010

Jangan lupa itu


Diterjemahkan dengan bahasa apa lagi
Kesunyian ini seperti kalimat yang ambigu
Ketika kita bertengkar mendadak hampa udara
Urat menyembul dari dahi dan leher
Emosi

Kemudian rona udara pudar
Kita kembali bernapas normal
Tak lagi diburu hasrat
Otot kita mengendur
Dan kita lalu bertaut sambil bercumbu

Ini barangkali dinamika roman
Bumbu legit yang penuh rempah
Sering kita cicipi dalam lautan waktu
Seberapa kuat hubungan kita terjalin
Ada kerut dan cemberut namun ada pula gelak tawa

Nikmati saja
Gelora ini bukan sekedar pujian atau doa
Tetapi sebuah kelambu yang mengerubungi kita berdua
Warnanya merah jambu
Jangan lupa itu

Warnanya merah jambu, kita!

29 Desember 2010
Nawi

Kamis, Desember 23, 2010

Kau tidak memiliki [nyali]


Sakit, ya!
Masih, hingga kini.

Sesak, ya!
Masih, hingga kini.

Setiap terjaga aku bisa merasakan kemarahan masih berdentum-dentum
Kita tidak layak satu sama lain
Maka dari itu kita dipisahkan

Benci, ya!
Masih, hingga kini.

Memiliki cukup nyalikah kau
Untuk bilang, “maaf?” kepadaku
Dan tidak melalui gaya “titip pesan” melalui temanku

Muak, ya!
Masih, hingga kini.
Ke kalian berdua tentu saja.

23 Desember 2010

Jumat, Desember 10, 2010

Fana


Tak perlu cari aku lagi
Aku tak begitu transparan pula
Aku bisa hinggap di ujung matamu
Dan dalam senyummu yang terkulum

Aku ada dimana-mana
Dimana saja kau mau meletakkan aku, hatimu!
Karena aku percaya
Kau membawa aku kemanapun kau pergi

Denyut jantung kita di ketukan yang sama
Desir darah kita dalam deras yang mirip
Hela napas yang berkesinambungan
Aku, kamu, dan irama

Jangan jelaskan
Aku tak ingin mendengar
Semuanya cukup untuk memberikan sebuah sketsa
Bahwa kita, aku, kamu, bersama dan fana

Letakkan saja aku kembali ke tempat biasa kau simpan
Karena aku lihat dari hasil mengintai
Otakmu tak pernah berhenti menginginkanku
Karena aku, hatimupun, begitu!

10 Desember 2010
di H. Nawi