Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Minggu, Juli 25, 2010
TANDAS
Kenapa lagi muncul ketika telah terbit terang
Sekedar ucap selamat
Kau pikir aku anggap penting?
Tidak!
Kau itu ibarat pisau berkarat mengandung tetanus
Bahasa yang kau bungkus terdengar hipokrit
Jadi jangan kira kali ini aku tertipu oleh bulusmu
Maaf, dugaanmu bias
Buatku kamu sedang onani
Dan tidak akan pernah mengalami klimaks
Susunan seranganmu itu ringkih
Seperti hati dan pikiranmu
Arogansimu dibalut semilyar dusta
Aku menaruh belas kasih ke perempuanmu sekarang
Pasti kau tutup mata, telinga dan matanya dengan perban usang
Sudah tutup!
Aku tidak lagi memiliki sisa kata atau ingin berbagi kenangan manis
Kau hanya cemburu
Aku berdoa karmamu atasku tidak memar
Atau sakit yang berlipat ganda dari pedihku
Menampik tubuhmu yang kini tinggal punggung
Jangan minta wajahku
Karena kini sedang bulat penuh purnama
Sumringah!
Silahkan beranjak jauh
Aku tidak ambil peduli
Persediaan maafku telah tandas
25 Juli 2010
Rumah Warna
01.15 dinihari
Senin, Juli 12, 2010
Aku pilih untuk menerima saja
Mendadak sontak terjebak dimatanya
Disergap rasa asing
Hinggap disana sini
Hingga menimbulkan sensasi kupu kupu diperutku
Tidak sedang menajamkan niat
Untuk cari sesuatu itu
Apapun namanya
Aku pilih untuk menerima saja
Dikelilingi selaput kenyamanan
Hanya aura yang menenangkan
Dan sejujurnya berada disekitarnya itu menyenangkan
Seperti dirundung warna merah jambu bening
Dan sepertinya,
Aku pilih untuk menerima saja
Kali ini tanpa syarat
[aku pilih untuk menerima saja]
Karena semuanya terlihat begitu sederhana
9 Juli 2010
Di rumah warna
Sabtu, Juli 10, 2010
KACA PECAH
Berusaha dengan sangat keras menghentikan dendam
Tapi marah ini terus mendengus
Diantara sekian belati yang telah siap aku hunus
Untuk setiap saat ada kesempatan untuk bertemu kamu
Berusaha memejamkan mata di 30 malam belakangan ini
Tapi apa yang telah kamu lakukan kepadaku terus hilir mudik dikepalaku
Mengoyak semua kenangan dan rasa yang sebelumnya ada
Lagi-lagi aku ingin menghunus kamu dengan semua gelagat busukku
Beri tahu aku bagaimana cara memaafkan pengkhianatanmu?
Beri tahu aku bagaimana cara meredam semua kekejamanmu?
Beri tahu aku bagaimana cara menerima fakta bahwa kamu tidak lebih baik daripada aku?
Beri tahu aku bagaimana cara menahan diri untuk tidak mencincang kamu dengan kata-kataku yang pedih?
Dan beri tahu aku sekarang!
Bagaimana caranya untuk tetap menyayangi kamu sebagai orang yang berarti dalam hidupku?
Jika kamu paham
Jika kamu di tempat dimana aku berdiri sekarang
Jika kamu berada didalam relung hatiku
Kamu pasti melihat dengan mata kepalamu sendiri
Bahwa apa yang kamu lakukan itu telah meluluh lantakkan hatiku yang seperti kaca
Hatiku adalah kaca.
Pecah,
Kepingannya kusimpan untukmu.
6 Juli 2010
Di rumah warna
Langganan:
Postingan (Atom)