Jumat, Desember 02, 2011

Kalau

Kalau kau mengerti apa arti kehilangan

Mungkin kau akan memupuskan rasa ingin memiliki

Kalau kau mengerti rasa luka yang menganga

Mungkin kau akan menghindari perang terbuka

Kalau kau menikmati air mata yang tak terhitung jatuh di wajah

Mungkin kau tidak akan pernah mau bangun lagi

Kalau kau perlahan merasa berat akan rotasi hari

Mungkin kau akan segera ingin pergi ke tempat yang tak bersenyawa

Tapi itu semua sementara

Hanya perasaan, yang tertekan

Lepaslah. Seperti burung terbang tanpa beban.

Tetaplah ingin memiliki dan terus merasa luka.

Karena kita tidak akan pernah luput dari cinta.

Kuricang, 2 Desember 2011

Pk. 14.12 WIB

Tenanglah kau tenang, Uke [Alm]

Kamis, September 22, 2011

Lebih memilih

Apa yang bisa aku lakukan?

Kamu lebih memilih menghancurkan hatiku ketimbang menjaganya

Apa yang bisa aku katakan?

Kamu lebih memilih untuk menyembunyikan tentang dia daripada berterus terang

Apa yang bisa aku pertahankan?

Jika kamu lebih memilih dia daripada aku!

22 September 2011 / Kamis

Wajahku masih basah tadi pagi.

Rabu, September 21, 2011

Sudah

Sakitnya menggigit hingga aku tak bisa menggoyangkan lidahku

Mulutku kelu

Air mataku beku

Susunan sumpah serapah yang terbelenggu

Kali ini cukup sudah kau buat hati dan diriku pecah

Hingga akupun tak bisa mencari kepingannya yang terselip dimana entah

Sudah tak ada celah

Kau buat pertahananku akan hubungan kita terbelah

Sepadan jika kutinggalkan kamu

Kini, besok, lusa tak ada bedanya, kamu tetap kamu

Yang selalu menolak untuk bicara jujur kepadaku

Dan keinginan berpisah dariku terdesak melaju

Aku sudah tidak tahan lagi

Harus bubar hari ini

Silahkan pergi

Karena kali ini aku sungguh-sungguh tidak akan kembali

21 September 2011

Cukup ya, sampai disini saja!

Rabu, September 14, 2011

Harga mati!


Kamu menuntut keras aku untuk jujur.

Tapi kini kamu yang telanjang bulat tidak jujur.

Sekarang aku junjung si jujur ke mukamu.

Tapi mukamu hilang entah kemana.

Kira-kira kemana mukamu hilang?

Ke muka perempuan itukah?

12 September 2011 /Senin

Rabu, Juli 06, 2011

Disebelah mana?


Disisi sebelah mana kamu menerbitkan air liur

Disebelah ujung mataku

Atau tepat di pangkal pahaku

Dipihak mana kamu berdiri saat ini

Dipihak lautan egomu

Atau tepat dipijakan perjanjian kamu dan aku

Tak perlu kaca pembesar untuk melihat lubang pori relasi kita

Kasat matapun terlihat dengan sempurna betapa ia begitu menganga

Seperti kapas basah, rapuh dan melepuh

Tetapkan saja

Disebelah mana kau berdiri sekarang

Dipihak mana kau titip kepercayaanmu

Karena semua ini telah membuat garis antara kita kian menebal

Jakarta, 6 Juli 2011

Pk. 11.23

Jumat, Juni 17, 2011

Sedikit lagi

Semuanya terasa sesak karena begitu dinanti

Semestinya jangan

Karena kesabaran konon ada batasnya

Tapi mengapa kali ini dia tak membatasinya dengan toleransi

Sedu sedan telah berubah menjadi rasa yang mati

Argumentasi telah berubah menjadi diam untuk mengalah

Dan selalu kata ‘maaf’ dan ‘ya’ untuk menyelesaikan

Tidak ada lagi komunikasi yang mestinya jadi sebuah komitmen

Lelah ini mulai nyaris berujung

Hiruk pikuk dalam pikiran

Teriakan yang memekik dalam diam

Nyaris tumpah di wajahnya

Aku pikir sedikit lagi

Mulutnya akan menjerit dalam artian sebenarnya

13 Juni 2011

Jumat, April 22, 2011

Lebur


Aku sedang tidak ingin bergegas bercinta dengan kunang kunang
Karena sayapku kini redup
Tak lagi bisa bunting cahaya

Aku hanya ingin menyesap bibirmu
Dibalik terali ikatan yang kian lama kian mendesak ke ubun ubun
Tak pula ingin aku aborsi rasa ini

Embrio bisa jadi
Tapi aku lalai membiarkan ini jadi janin
Setahuku aku sudah tidak bisa melahirkan rasa

Tabungan cintaku kian habis
Ini yang terakhir, sisa dari perahan keringatku
Atas nama air mata dan rasa
Aku sungguh menginginkan kita jadi satu
Hingga tak ada lagi kata kata aku dan kamu
Tetapi hanya ada kita

22 April 2011

Senin, April 18, 2011

Na na na na !


Seperti otomatis
Mencintai kamu
Seperti pengulangan
Merindukan kamu

Terjalin rapat
Seperti kain
Luruh manis
Seperti beledu

Hanya ingin menikmatimu
Dalam gumam dengan nada yang sama
Hanya ingin mencinta
Dalam ketukan yang sepadan

Bila ini tak wajar
aku akan tetap bersenandung
na na na na
aku sudah otomatis mencintai kamu

17 April 2011

Lemah


Dijalur ini aku pernah bersembunyi dan berhenti dari kamu
Lelah yang luluh lantak
Perasaan yang tak pernah menuju titik akhir
Selalu haus dan kosong

Simpang siur lalu lintas hati kita
Banyak tanya dan jawaban yang gamang
Aku masih tetap berdiri
Dan menetapkan hati

Bilamana kini hatiku telah memilih
Untuk mempertahankan apa yang telah kita punya sekarang
Apakah akan banyak lagi pertimbangan di benakmu?
Karena aku sudah tak sanggup lagi berargumentasi denganmu

Yang aku miliki saat ini hanya keyakinan tak kasat mata
Yang akan aku terjemahkan padamu melalui waktu dan perilaku
Yang aku sanggupi saat ini hanya keinginan untuk hidup bersamamu
Tidak untuk keraguan dan pertimbangan yang melemahkan kita

Bisakah kau pahami itu?

17 April 2011

Selasa, Maret 01, 2011

Tidak kemana


Habis kata tak ingin terus mengulang betapa aku begitu gegap gempita
Dirimu berderak maju menghimpit rasa
Hingga seluruh diriku penuh akan kamu
Jangan lagi memaksa, kau telah berkuasa

Jika saja ada waktu sekian lama aku akan meminta
Untuk bisa berlama-lama bersamamu
Tak ingin ada satu malam lagi tak menikmati bau napasmu
Tak ingin ada sekian menit lagi tanpa menikmati wajahmu

Remuk sudah tak terbantahkan
Rasa ingin yang tak berkesudahan
Setiap kali mencicipi matamu yang terhampar luas
Penuh makna dari hati ke hati

Berjanjilah tanpa kata-kata
Kau tak akan kemana-mana
Di sini saja
Menikmati kebersamaan ini hingga kita senja

Jakarta, 1 Maret 2011

Jumat, Februari 25, 2011

Dengki

Rasanya umpatan kata sudah terjulur kaku diujung lidahku
Ingin melontarkannya kepadamu
Namun kewarasanku menghalanginya
Tak ingin aku menjadi buruk sepertimu

Entah dengki apa lagi kali ini yang kau simpan
Kini kau seperti belukar yang berusaha menjerat
Tak lihat kemampuan akarmu ini
Semacam ingin perang tanpa strategi

Aku tak ingin melanjutkan buruk sangka ini
Jika kau ingin lanjut, lanjutkan saja sendiri
Silahkan onani
Karena kau tak akan pernah sekalipun mencapai puncak

Pinjam saja liur orang lain
Jika ingin meludah, buang di tempat layak
Jika memang masih ada sisa kata pantas untukmu
Timbun dengkimu, dan bawa mati.

Aku tak peduli.

Senin, Februari 07, 2011

Tak Sampai


Aku jera
Merasakan semua perasaan ini
Karena ujung yang tak jelas
Dan terutama keberadaan kamu
Yang hilang timbul seperti hantu

Aku telah berpikir
Untuk menjauh saja
Dan sekaligus menghilang
Mencari cara yang manis untuk membunuh kamu dalam diam

Kali ini aku ingin sunggung-sungguh
Aku ingin tak tahu lagi tentang kamu
Karena perasaan ini telah cukup lama mengendap
Tanpa tahu berakhir dimana

Menghapus kamu
Merasakan sakitnya
Tak ingin lagi hanya menikmati punggungmu
Yang aku inginkan bukan itu

Semoga air hujan menghapus jejakmu!


07 Februari 2011

Jumat, Januari 21, 2011

Kacau!


Tak suka rasanya
Begitu haru dan kelu
Tak nyaman rasanya
Aku ingin pergi tapi tak hendak

Semua jadi satu dalam hati dan pikiran
Bimbang di beberapa pilihan
Logika bermain keras
Mendesak dan meletup-letup
Perasaanku membengkak
Bikin sesak

Tak jarang nyaris menetes air mata
Tapi aku tak ingin larut
Ingin sendiri saja
Tapi tak ingin kesepian

Ah
Aku resah
Sudah lama tidak merasakan hal ini

Aku tak suka rasanya
Begitu galau
Kacau
Ambigu!

21 Januari 2011
H. Nawi

Selasa, Januari 11, 2011

Aku ulang


Hilang timbul. Datang pergi. Kerjaanmu hanya membubuhi hidupku dengan harapan dan airmata.

Sekejap hadir, kemudian tertelan. Kau curi aku sebentar untuk dipeluk malam, lalu pagi dinihari kau serahkan aku pada matahari.

Maumu apa? Aku menghela napas panjang.
Bisakah kali ini saja kau menetap? Dan tidak pergi dengan mesin waktumu.

Kau mampir kali ini dengan maaf dan jawaban sekian waktu aku nanti
Dan akupun jawab, “setidaknya aku tak akan mati penasaran”

Lalu kau pergi lagi, dengan sebuah pusaran waktu. Binasa.
Kau pergi dengan pernyataan, “Kita akan segera bertemu”
Dan aku termangu, sambil menjawab dalam hati, “Kapan?”

Aku ulang.
Kerjaanmu hanya membubuhi hidupku dengan harapan dan airmata.

11 Januari 2011
H. Nawi