Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Rabu, November 24, 2010
Dibalut birahi!
Aku suka lihat mata kamu, banyak bintangnya! Apalagi bibir kamu kalau senyum, terang seperti purnama!
Cium aku lagi! Aku suka bau napasmu. Bau tembakau.
Aku suka cara kamu bilang 'sayang'. Hanya dengan menjentikkan ujung hidungmu ke ujung hidungku!
Bawa diriku lagi kedalam pelukmu yang rapuh itu. Tak apa. Cinta kita memang membuat hati kita mudah retak. Akibat 'terlalu'.
Ayun aku lagi hingga ke titik tertinggi. Hanya dalam sekali hentak tubuh kita sudah bertaut. Lumer. Meleleh!
Satu kulum, laksana seribu kecup. Bergairah dan menyulut hasrat. Selalu ingin lebih darimu. Tak pernah cukup!
Jangkau aku lagi hingga ke lengkung terdalam. Jangan hirau lenguhku. Peluhmu menetes dipori wajahku. Lagi! Aku bilang lagi!
Kau mengerang. Aku mengejang. Dua kepribadian menyatu dalam gerak berirama. Tanpa musik. Hanya desah. Basah.
Percepat. Dan kamu melebihkan. Percepat. Dan kamu menempelkan wajahmu diwajahku. Dua mata, tanpa lentera. Berbicara.
Tertinggi sudah. Menuju puncak. Tak perlu didesak, kita sudah tersedak. Tubuh kamu melengking, menghujam terlalu dalam. Lalu melemas, berair!
Dan sayang? Aku selalu bharap, kecintaan ini tak akan luruh seperti hujan tadi sore. Masih ingin terus memagut kamu, terus dan terus.
Karena apa yang aku utarakan disini sesungguhnya segala darah yang mengalir dalam nadi.
Pssst! Jangan bersuara. Atau akan aku sumpal lagi mulutmu dengan bibirku. Biar panas kembali membakar ranjang kita.
Rumah Warna
23 November 2010
Selasa, November 23, 2010
Nampaknya
Nampaknya kita sepaham dengan amarah yang meletup-letup ini
Kebencian yang masih tertancap dalam ulu hati
Sehingga semua desak udara muncrat ke lidah dan bibir
Ingin memaki
Memaki tepat diwajahnya
Namun waktu berlalu dan aku belajar
Aku tidak ingin menjadi seperti perempuan itu
Perempuan yang memberikan rasa benci ini
Aku terlalu baik untuk menjadi culas seperti dia
Dan kamu, sayang
Kamu terlalu purnama untuk itu
Meski aku dan kamu sering berceloteh tentang perempuan-perempuan itu
Yang telah merampas apa yang kita sebut perasaan baik
Mereka akan mendapatkan karmanya, begitu juga mantan lelaki kita
[menyeringai]
Dan nampaknya
Waktu masih akan terus membuat kita terpaksa belajar sabar
Lebih daripada sebelumnya
Telan saja pil pahit ini
Hisap empedunya
Riuh rendah amarah dalam dada
Dibuat saja melodinya
Semoga kita akan baik-baik saja
Tulisan untuk Virga
23.11.2010
Di Nawi
Senin, November 22, 2010
Kau lakukan itu [lagi]
Kau lakukan itu [lagi]
Kali ini aku tidak tahu harus berkomentar apa lagi
Kecewa, tentu
Tapi menegurmu? Aku tak ingin
Biar saja nanti waktu yang akan mendewasakanmu
Kau lakukan itu [lagi]
Dan aku baru tahu tadi
Kuakui sejenak aku membeku
Apa salahku kali ini?
Apa kamu yang tidak bisa menerima keadaanku sekarang?
Anggap saja ini usai, bukan?
Aku dan kamu, yang selalu berbicara melalui malam
Anggap saja kita tak pernah kenal, bukan?
Aku dan kamu, yang menyimpan segala sesuatunya dalam diam
Kalau begitu, sampai jumpa
Hingga ada saat yang yang terduga
Hingga ada momen dimana kita bicara
Meski itu hanya satu patah kata, melalui tatapan mata!
Jakarta, 22 November 2010
Rumah Warna
Selesai pl. 02.39 dinihari
Kamis, November 18, 2010
Berbagi rahasia
Berbagi rahasia
Seperti menyimpan sekam
Kemudian menjelma menjadi dendam
Yang perlahan akan membunuh
Aku dan hatiku
Apapun penjelasanmu
Aku dengar dan simak
Aku paham dan maklumi
Tapi hatiku, siapa yang tahu
Aku senyum dan menyimpulkan sendiri
Semua ini hanya tali bukan
Hanya jalinan listrik antara aku, kamu dan dia
Jalinan yang mungkin tak akan bisa kau pilih
Kau hanya bisa menuntut untuk dimengerti
Kita lihat saja nanti
Air akan mengalir kearah mana
Aku kali ini sudah lelah berdebat
Lanjut saja
Hanyut saja
Jika sudah tak tahan akupun akan angkat bicara
Sementara itu
Aku masih ingin disini
Bersamamu
Meski itu mesti berbagi rahasia
18 November 2010
Rumah Warna
Langganan:
Postingan (Atom)