Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Sabtu, Mei 23, 2009
Kamar 01
Aku sedang dijadikan sahabat oleh sang bulan dan malam
Tepat dimana ketika aku sudah tidak mampu lagi bersahabat dengan diriku sendiri
9 malam sudah aku menjadi kelelawar
Tertidur ketika fajar mulai bangun
Aku belajar untuk memberikan nama pada janin diri yang nyaris mati
Aku kembalikan semua kepingan jiwaku pada kalbuku
Aku hanya mengandalkan kejujuran
Dan akhirnya aku bersandar pada satu kata, [pasrah]
Aku tetap belum ingin pulang
Melemah diantara dua gugusan bintang
Semua berita aku abaikan
Aku hanya ingin mencari aku dalam kerumunan kamu
Masih disini
Sudah di kota kedua yang aku datangi
Menyusuri jalanan yang lengang
Ditemani para pemusik jalanan
Memang meredakan
Tetapi belum meredam gelisahku
Ternyata aku tetap merasakan rasa yang aku sebut ’nyali’ itu
Aku harap aku bisa membunuhnya dengan kedua tangan kosongku
Atau minimal dengan umpatan kata maksiat atas namaku
Aku dihimpit sesak banyak oleh aku
Kini aku hanya ingin bersandar tenang pada ruang lengang
Berharap bandul waktu berhenti berdetak
Hingga aku bisa merasakan desir jantungku hampa dan kedap suara
Dengan tidak merasakan semua perasaan yang diatas rata-rata ini
Aku paham bahwa cinta dan benci saling mencari
Aku paham bahwa aku hanya bisa menemukan kamu dalam diriku
Aku paham bahwa sebaiknya aku lekas pulang
Aku paham bahwa aku telah berada di titik nadir
Aku paham bahwa sedikit lagi aku kehilangan kewarasanku
Tetapi aku masih ingin tetap disini
Di luar kotak hidupku
Dan menyimak kamu dari luar diriku
Hal itu terasa menyenangkan dan melegakan
Aku hanya belum ingin pulang
Hatiku bilang belum waktunya
Aku masih ingin bertemankan bulan dan malam
Entah sampai kapan
[Kamar satu]
23 Mei 2009 / pk. 01.45 WIB
Diantara dua tikungan jalanan
Kanan atau kiri?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengutip tulisan kamu yang berjudul Manusia: "Hasrat mereka adalah kutipan"
BalasHapusJika disandingkan dengan bait terakhir pada Kamar 01:
"Aku hanya belum ingin pulang
Hatiku bilang belum waktunya
Aku masih ingin bertemankan bulan dan malam
Entah sampai kapan"
Maka saya tergelitik untuk melontarkan sebuah pertanyaan... Apakah hasrat kamu yang "belum ingin pulang" juga merupakan sebuah kutipan..?
ataukah memang murni hasil pemahaman yang telah matang dari sebuah proses pencarian "Aku" yang ada di dalam diri kamu...?
Logika saya menyatakan bahwa terdapat ambiguitas yang juga mengandung unsur paradoks di sini..
Bagaimana menurut kamu..?
Semua penafsiran dikembalikan kepada pembaca.
BalasHapusSaya hanya menjabarkan melalui tulisan sederhana, tentang cara saya memberi makna akan perjalanan hidup saya.