Aku dan kamu, seperti dua cerita yang dijalin dengan kesamaan latar belakang
Aku dan kamu, sama-sama cacat semenjak kecil
Aku dan kamu, sama-sama belum pernah mencicipi rasa bahagia yang mutlak (jika ada)
Aku dan kamu, sama-sama sibuk mencerca cinta
Aku dan kamu, layaknya anak kehilangan induk
Tidak jelas dimiliki dan memiliki siapa
Yang kita berdua tahu dan pahami adalah satu, kesepian.
Kita bertemu di satu persimpangan jalan, bagai bumi dan langit, padahal sesungguhnya jarak kita sangat dekat, layaknya mata dan kacamata.
Bertemu dalam satu waktu untuk suatu maksud. Yang kini kita berdua tetapkan menjadi misteri. Yang kita tahu hanya kita saling merajah, dalam bisu, dalam carut marut dan warna crayon yang senantiasa kita coreng di wajah masing-masing dengan mesranya. Mungkin itu cara kita menggambarkan rasa.
Aku tidak mampu menggambarkan kamu secara eksplisit dalam nuansa bahasa, aku hanya mampu melilit kamu dengan jalinan kata yang aku kuasai.
Kamu tidak mampu menjelaskan perasaanmu secara eksplisit kepadaku karena kamu terlahir nyaris bisu, tapi kamu sudah terlanjur menjerat aku dengan guliran nada yang kerap kali kau bahasakan kepadaku setiap kali kita bertemu.
Kecacatan kita membawa pelengkap kedalam hidup masing-masing. Semacam penyedap tambahan dalam adonan hidup.
Aku dan kamu, sama-sama tahu, tidak yakin berakhir sampai mana
Aku dan kamu, sama-sama tahu, kalau masing-masing dari kita saling membutuhkan
Aku dan kamu, sama-sama tahu, rasa kita berdua nyata adanya
Aku dan kamu, sama-sama tahu, yang kita miliki hanya kepasrahan
Aku dan kamu, sama-sama tahu, untuk kita berdua hanya nasib yang akan menjawab
Semoga kita berdua, aku dan kamu, bisa bersabar.
Semoga kita berdua, aku dan kamu, bisa bertahan.
Rumkupkup, 8 Maret 2009
Tamat pk. 19.39 WIB
Aku tahu kamu seperti kamu tahu aku.
Untuk bintang hidupku, Smurf!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar