Selasa, Maret 10, 2009

Melacak sore

Tadi kita melacak sore, menyusuri pusat pertokoan, mencari-cari hal-hal yang hanya menyenangkan mata. Sembari mendengarmu berceloteh kesana kemari, rasanya sudah begitu lama kita tidak menghabiskan waktu. Dan aku kembali mendengarkanmu dengan seksama, begitu juga kamu ke aku.

Mendarat di sebuah restoran, minum teh cina sambil menyantap nasi goreng kepiting. Dan mulailah ritual itu, kamu memborbardirku dengan banyak pertanyaan, seperti ”Bagaimana hidupmu? Siapa pasanganmu sekarang?” dan seperti biasa, kamu paling tertarik dengan cerita ”aku dan pasanganku”. Aku menceritakan ke kamu garis besarnya, ketidakpuasanmu terbaca jelas dan berusaha mengorekku lebih dalam.
Wajahmu masih memancarkan tanda tanya dan siap memborbardirku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mendetail. Aku senyum-senyum. Dan kali ini aku mengalah. Aku berikan kamu kepuasan.

Harga pertemanan. Ketika aku dan kamu dipertemukan tahun 2004. Aku tahu, kita bisa menjadi teman yang baik.
Harga persaudarian. Sudah kau buktikan. Untuk tetap berada disekitarku, terutama ketika aku susah. Kamu tetap disana, tidak bergeming dan menawarkanku banyak hal yang dikecap manis.
Kamu menangkap tawa, air mata dan rasa sekaligus. Kau ikuti irama hidupku yang dinamis dan aku ikuti irama hidupmu yang lancar-lancar saja.

Kualitas, bukan kuantitas. Begitu katamu. Tak perlu terlalu sering bertemu, toh kita sadar kita tetap berdampingan sebagai sahabat.
Aku percaya!
Sepenuhnya waktu telah membenarkan ucapanmu.
Semoga apa yang kita miliki saat ini bisa bertahan.
Tetap disana dan jangan bergeming.
Dan aku akan berikan hal yang sama.



Rumkupkup
Selasa, 10 Maret 2009
Pk. 23.54 WIB
Lelah sehabis melacak sore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar