Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Minggu, Oktober 31, 2010
Kunang-kunang
Ketika bersamamu aku bisa merasakan rasanya embun
Menenangkan
Seperti mengunyah kue kering yang kau hidangkan setiap pagi
Renyah
Ketika bermain-main dengan jemarimu aku bisa tersenyum senang
Gesekan kulit kita begitu sederhana
Bukan setrum dengan jutaan voltage yang mampu membakar
Cukup setrum kecil dan kita membara dengan sendirinya
Entah kenapa kali ini aku tidak ingin membubuhkan lidahku dengan janji
Aku hanya ingin kamu menyisir rambutku dengan hidungmu seperti biasa
Menghirup bau tubuhku
Sisakan sedikit untuk nanti sore!
Aku tidak bisa menjabarkan berapa kali berapa luas dan panjang perasaanku
Sisihkan saja keraguan dan luka yang perlahan memudar
Yang aku inginkan hanya mengulum rindu, menyesap haru yang membiru
Cukup kamu saja, seperti ini saja.
Jangan dilebihkan, jangan dikurangkan.
Sensasinya sudah seperti ditaburi beribu kunang-kunang dalam kepalaku!
Rumah warna
31 Oktober 2010
Rabu, Oktober 27, 2010
Kita bisa apa?
Cinta kita sedang diuji
Seberapa tahan menanggung darah dan nanah serta derai air mata
Ketika apa yang kita sebut jagad mulai menancapkan kuku
Atas kekuasaan itu kita bisa apa?
Nyawa bergelimpangan
Luka berderak maju pantang mundur
Mendesak cinta kita hingga nyerinya sampai ke ulu hati
Atas kekuatan itu kita bisa apa?
Sayatan menganga dilengan masing-masing
Apa rasanya sudah tidak sanggup dihirau
Semua ini begitu bertubi-tubi
Atas kebingungan ini kita bisa apa?
Melipat tangan dan tahan napas
Luruh duka ke bumi
Seperti lagi dan lagi bernapas dalam air
Atas kehilangan begitu banyak cinta kita bisa apa?
Atas apa yang kita sebut bencana?
Kita bisa apa?
Rabu, 27 Oktober 2010
Rumah Warna
Jumat, Oktober 22, 2010
Virus
Bising, bising, bising!
Jenuh aku membenci kamu
Rasa ingin membunuh kamu telah hampir membunuhku
Kau ciptakan monster baru dalam diriku
Kamu berkembang biak dengan sangat baik dalam diriku
Bermutasi menjadi sekian milyar dendam
Tak mampu ku ciptakan antivirus
Tubuhku belum bisa mengelaknya
Tidak perlu tunggu aku hingga cair
Butuh waktu lama
Cakarmu telah beku, disini, diimplan dalam otakku
Tak bisa kau beli kembali
13 September 2010
Rumah Warna
Kamis, Oktober 14, 2010
Ingin kamu, lagi!
Ingin didamba kamu lagi
Ingin mendapatkan banyak pesan mesra
Yang bisa aku baca berulang-ulang
Dan membuat bibirku tidak mengerucut melainkan tersenyum
Ingin duduk disamping kamu lagi
Berbagi ide dan harapan muluk
Yang mungkin baru seribu tahun lagi tercapai
Tapi mampu membuat kita tergelak-gelak
Ingin rebah disamping kamu lagi
Hanya menatap dadamu yang naik turun ketika tertidur
Dan memperhatikan dengan lekat bentuk wajahmu
Mencium bau tubuhmu, bau tembakau
Ingin berada dalam hati dan pikiranmu lagi
Aku ingin diinginkan kamu lagi
Menikmati mata dan tangan kamu yang begitu menginginkan aku
Hingga kita akan berakhir diatas kasur dengan peluh dan napas terengah
Ingin kamu memiliki aku tanpa batasan
Ingin kamu mencari aku lagi dan lagi tanpa kendali
Hingga bisa merasakan jatuh cinta gila-gilaan carut marut
Lupa daratan, yang kita inginkan hanya lautan
Namun aku terdiam, terhenyak!
Rasa inginku yang besar ini hanya bisa aku simpan disini
Dikepalaku, di detak nadiku
Memiliki kamu lagi sama saja dengan bunuh diri
Karena setiap kali berada didekatmu, cinta kita membuat semuanya hitam
Cinta yang membutakan
Destruktif!
Hai kamu, laki-laki beraroma tembakau
Apa kabar kamu disana?
Aku RINDU
14 Oktober 2010
Jakarta
foto: rolrambutkoneng
Selasa, Oktober 12, 2010
Waktu dan luka
Meracau, lagi dan lagi
Membiarkan lidahku mengulang decak-decak tak beraturan
Mondar mandir mengelilingi satu lingkaran
Membiarkan jari-jari kakiku melengking mengikuti gurat tanah
Menghela napas diantara helai rambut yang turun diwajahku
Meniupnya dengan ujung bibirku dan merasakan ujungnya yang terbelah
Bibirku meruncing minta satu teguk rasa
Jemariku meremas nadi yang tenggelam diantara detak waktu
Memohon akan sebuah penjelasan diantara dua keping bintang
Mengapa luka ini masih menganga dan mengucurkan nanah?
Terjalin kata-kata dalam benak seperti jaring laba-laba
Menempel lekat di langit-langit hati
Dua kalimat menyentak
Bukan waktu yang menyembuhkan luka ternyata
Tetapi waktu yang mengajari bagaimana cara menghadapi luka
Jari kakiku berhenti melengking
Lidahku berhenti berdecak
Bibirku berhenti meruncing
Dan membiarkan waktu mengajari aku bagaimana cara menghadapi luka
7 Juli 2010
Di rumah warna
Kamis, Oktober 07, 2010
Disembunyikan waktu
Pijar itu tetap ada
Entah sampai kapan
Mungkin sampai gelembung udara didalam dadaku ini meledak
Hanya ingin kamu paham
Aku masih merasakanmu
Lalu apa warna hubungan kita?
Dua hati bertaut tanpa kata-kata
Disembunyikan oleh waktu sekian lama
Perasaan kita terbenam oleh gugusan bintang
Setiap ada kesempatan kita bertemu
Hanya bisa dihitung oleh jari yang tak lengkap
Setiap dua pasang mata bertemu
Hanya bibir yang tersenyum yang berbicara
Lalu dihadapan kita, di kepala kita, dihidangkan semua memori
Antara kau dan aku, tempo dulu!
Jangan ditarik lagi
Aku tidak butuh kesimpulan
Aku ingin kita begini saja
Benamkan dalam-dalam
Hirup dan hempaskan
Biar waktu yang menyembunyikan hati kita
Aku dan kamu sama-sama tahu
Jika kita bersama, justru tidak akan menyatukan apapun
Biarkan aku dan kamu terlelap dalam balutan kapas lembut
7 Oktober 2010 / Jakarta
Senin, Oktober 04, 2010
JALIN
Sendu itu tidak menyakitkan
Hanya sedikit cubit diatas lengan
Sedikit basah dikelopak mata
Dan nada sengau dalam pita suara
Rasa itu tidak mematikan
Hanya mengejutkan dengan sensasi pelangi
Menangis dan tertawa dalam jarak dekat
Ketika kau lari masuk dalam satu pelukan
Hangat itu menyenangkan
Bibirmu akan senantiasa naik
Lidahmu terus berkicau dan menanti
Berharap kejora akan jatuh di telapak tangan
Harapan itu mampu menjuntai cukup lama
Terayun di kaki langit
Penuh dengan sinar redup
Sorot pantul bola mata kita
Tarik tinggi-tinggi mimpi hingga ke permukaan
Rajut lagi asa yang tertunda
Decak doa kurang terdengar
Lantunkan!
Sentuh kita dengan kata-kata wajar
Jaga gejolak hingga secukupnya
Hela napas dalam irama yang benar
Kali ini aku, kamu, kita, semoga, akan selalu bersama
24 Juli 2010
Rumah Warna
Langganan:
Postingan (Atom)