Minggu, Februari 15, 2009

Cinta pertama

24 jam sebelum bertemu kamu, aku sudah gelisah tidak menentu.
Menanti dengan harap-harap cemas seperti apa rupamu nanti.
Apakah aku akan mengenalimu?
Apakah aku bisa merasakan semua emosimu?
Apakah aku bisa menjadi saksi dari sejarah masa lalu?
Dan sekian pertanyaan yang mulai hilir mudik dalam benakku.

Beberapa jam sebelum ketemu kamu, perutku sudah mulas, aku diserang panik.
Entah mengapa, menjumpaimu seperti menjumpai pacar cinta pertama.
Aku bisa merasakan detak jantungku kian cepat dan napasku memburu sepanjang perjalanan ke tempatmu.
Aku bahkan secara tidak biasa bersolek untuk kamu
Aku ingin kamu melihatku dalam keadaan ’baik’

Ketika tiba di tempat itu, aku menghela napasku panjang-panjang berulang kali.
Gelisah sudah bukan menjadi kata yang tepat.
Rokok juga bukan solusi.
Aku hanya ingin segera bertemu kamu untuk mendapatkan jawaban-jawaban penting bagi hidupku.
Jawaban yang aku nanti-nanti sekian tahun aku hidup.
Penyebab jiwaku sakit.
Penyebab air mataku kering.
Penyebab hatiku patah.
Penyebab sayap harapanku pupus.
Penyebab otakku miring.


Aku melangkahkan kakiku kedalam ruangan itu secara perlahan, berusaha tenang disela kegugupanku.

(senyap menyergap)

Dan tibalah saat itu
Melalui seorang perantara aku lihat kamu di 5 episode hidupmu
Luar biasa
Aku sangat takjub
Bagaimana bisa aku mampu merasakan emosi kamu begitu dekat hingga membuat dadaku panas
Aku bahkan menangis melolong begitu keras ketika merasakan emosi rasa sakitmu akan sebuah kejadian
Aku bahkan bisa merasakan tubuhku melayang melihatmu dibunuh oleh seseorang tepat di jantungmu
Aku bahkan bisa mengenal rayuku sendiri jika aku sedang jatuh cinta seperti yang kamu utarakan kepada pasanganmu
Aku merasa sungguh-sungguh kenal kamu
Aku lebur bersamaan dengan kamu
Tubuhku bergetar hebat
Emosi aneh menyelimuti tubuhku mulai dari ujung rambut hingga ujung kakiku

Dan kau tahu?
Mengapa aku menangis begitu keras hingga menjerit?
Terlalu sakit untuk aku ketahui bahwa kamu mesti merasakan itu semua
Sendiri di ruang penuh ketuban dengan wujud embrio yang belum sempurna
Kamu terlalu dini untuk merasakan semua siksa itu
Lalu aku tersadar kini mengapa aku bisa hapal rasanya siksa
Karena aku di produksi oleh kata itu

(hening yang bening)
(aku sanggup diam)
(seribu bahasa)


Kamu mendadak menimbulkan cinta
Cinta yang kupikir sudah kupahami
Kamu mendadak membuat aku rindu
Rindu yang kupikir sudah kukenali
Kamu mendadak menghujam aku dengan kesepakatan
Kesepakatan yang kian lama aku tunggu

Kemudian kita bertemu
Tatap muka
Kemudian kita berbicara
Dari mata ke mata
Kemudian kita berdialog
Dari hati ke hati
Kamu memberikan aku penjelasan sangat gamblang mengapa kamu menghilang sekian lama dari hidupku
Kamu mendadak buat aku mengerti

Aku yakin kamu tidak tahu
Aku begitu merindukan kesempatan ini
Untuk bertemu dan mendengar penjelasanmu
Untuk mendapatkan jawaban
”Apa salahku hingga kau tinggalkan aku tanpa peta?”
Dan aku tersesat mencari kamu dalam hidupku

(kosong yang indah)
(sepi yang tidak lagi terasa luka)
(aku lega)
(sesak itu berangsur hilang)
(aku memiliki sepasang mata baru)
(rasanya begitu asing)
(dan ini sangat kunanti)
(ternyata ini rasanya pertama)





Mulai dari 9 hingga 15 Februari 2009
Mulai dari kotak setengah kembali ke seperempat
Mulai lagi dari nol
*cara membaca ’kamu’, ’kau’, ’mu’ = ’aku’

2 komentar:

  1. malem bidadari,

    ini kok gak ada di fb kamu? atau aku yang kelewat?

    BalasHapus
  2. Cinta pertama, aku menemukan keindahan dan rasa sakit di sajak ini.

    Kalau sempet, dengerin lagu The First Time, ya. Lagu yang mengilhami Wim Wenders bikin film Million Dollar Hotel, yang dibikin bareng sama Bono.

    Menurutku, aura lagu itu kurang lebih sama dengan sajak kamu.

    Lagu yang kuat, sajak yang indah.

    BalasHapus