Sabtu, Januari 17, 2009

L.I.L.I.N


Dengan mataku yang dikutuk menjadi kelereng ini aku memperhatikan perempuan itu
Muda, biasa, tapi bias sinarnya kemana-mana
Ada sesuatu disana, dihatinya, dimatanya, dibibirnya
Banyak luka terbuka
Bertaburan asa
Mudah dibaca
Sederhana

Dengan jariku yang disulap menjadi airmatanya aku meleleh diatas pipinya
Batinnya merintih, lidahnya ingin menjerit, tapi yang terlihat hanya senyum
Aku semakin deras mengalir di pori-pori wajahnya, turun dengan perlahan tetapi pasti, pipi, hidung, ujung bibir dan mati pada ujung bajunya yang berlapis dua
Membekas basah
Aku lebur

Aku biarkan lidahku yang disulap menjadi jantungnya merasakan betapa ia kesulitan untuk hanya sekedar mengambil napas
Dia sama sekali tenggelam dalam detak nadinya sendiri
Dia kerap kali menarik napas panjang hanya untuk membuat dirinya yakin dia bisa hidup lebih lama
Untuk lebih lama lagi menanggung rahasia yang mesti ia emban
Ia tersiksa sekaligus bahagia

Kejap matanya
Sudut bibirnya
Ujung hidungnya
Jentik jari manisnya
Puting payudaranya
Katup jantungnya

Semuanya mengandung rahasia

Aku memperhatikan dengan mata kelerengku tiap kali dia menyibak rambut panjangnya
Setiap dia mengucap jutaan bahasa yang disamarkan dengan tawanya
Aku menemukan satu kata
GETIR

Lidah rapuhnya
Telinga manisnya
Kuku mungilnya
Urat dikulitnya
Asap rokoknya

Semuanya mengandung rahasia

Aku menemukan kata kedua
MISTERI

Dia menoleh ke aku, yang serta merta kembali menjadi cermin
Dan dengan warna hatinya yang terlihat jelas melalui sorot matanya
Dia katakan bahwa, ”kata yang ketiga tepatnya adalah LILIN”.

Detik itu juga aku paham.

--------------------------------


Masih jakarta bagian selatan
Menuju tengah malam 3 menit lagi, Januari ke 16
Dalam kesendirian yang terasa begitu hampa
Tanpa apa dan siapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar