Sabtu, Januari 24, 2009

Malam ke empat

Liar sekali kamu malam tadi, menggeliat diatas tubuhku seperti gurita, mencengkeram beberapa bagian dari tubuhku yang larut oleh trauma masa lalu.

Indah sekali kamu malam tadi, menghujamkan tubuhmu didalam kalbuku sedalam-dalamnya, hingga kulitmu mengeluarkan keringat dan aku sibuk mengerang.

Matamu terlihat bulat, napsumu mereguk keperempuananku, kau membawaku ke ambang lelah sebuah percintaan yang dibatasi oleh tembok tinggi nan tebal.

Perih sekali kau hujani aku dengan bibir terkulum dan lidah dalam setangkup ciuman, tubuhku remuk dipacu oleh rasa yang membuncah hingga ke ubun-ubun.

Beda sekali kamu malam tadi, seperti bukan pungguk yang merindukan bulan, tetapi seperti kekasih yang menjemput tambatan hatinya dan memasukkannya kedalam relung hatimu yang baru kali ini terbuka pasrah.

Gelisah sekali kamu dinihari tadi, sorot matamu yang penuh asa dan cinta itu memanggil kesadaranku untuk tidak jatuh tertidur disamping tubuhmu yang ringkih.

Hangat sekali lengan kamu dinihari tadi yang memelukku erat dengan jemari yang menari diatas rambut dan kau kembali melukis wajahku dalam otakmu.

Gaduh sekali kepalamu pagi tadi ingin kembali merajah tubuhku dengan tubuhmu dan membuat segala hal yang kau pikir ’tidak mungkin akan terjadi’ menjadi sebuah pertanyaan ’apakah mungkin terjadi?’.

Sakit sekali jiwaku pagi tadi ketika kau berlalu dari bayanganku untuk pulang dan menjalani rutinitas pagimu, hanya kali ini kepalaku yang kembali gaduh dengan segala hal yang kupikir tidak mungkin terjadi menjadi sebuah pertanyaan ’apakah mungkin terjadi?’

Soerabaia
44 menit dari pukul dua pagi
Januari 24, 2009
Kamu serta merta membuatku sendi tulangku ngilu pada Januari 21

2 komentar: