Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Kamis, Januari 08, 2009
Penari bergincu merah terluka
Diam dengan gincu merah menyala
Matanya jalang, melirik kanan dan kiri dengan bahu yang bergidik
Hembusan napasnya persis penari topeng di panggung malam
Meliuk, riuh rendah penuh gelegak
Dia mati suri sejenak
Kontradiksi yang membuatnya nyaris gila
Kecenderungan yang memilukan
Dibalik gelak tawanya yang lepas
Banyak rahasia tersimpan
Sebaiknya kau waspada
Berjagalah
Jangan kau mau diperkosa oleh kepiluan yang sedang melanda
Karena kamu super manusia
Layak merasakan pedih di bawah nol
Pasang segera gincu merahmu
Lampirkan selendangmu di lehermu yang jenjang
Bebat segala kain yang telah kau tanggalkan
Jangan hiraukan kulit yang lembab
Menawanmu tidak akan hilang
Kau sama berharganya seperti manusia yang lain
Jangan panik dengan semua jelaga yang mereka hinakan atas tubuh dan dirimu
Kemilau mu tidak pudar
Kau itu kunang-kunang yang melingkari lilin merah menyala
Menarilah lagi dengan kesatuan antara tubuh dan ruh mu
Jangan lagi usap air mata yang luruh dari dua kelopak mawar matamu
Kamu merugikan detik hidupmu hanya untuk hal yang telah dikontruksi secara sistemik
Jangan tanya siapa yang salah dan siapa yang benar
Siapa yang iblis dan siapa yang malaikat
Mana surga mana neraka
Tapi SIAPA kamu?
Merdekalah
Pasang segera gincu merahmu
Lampirkan selendangmu di lehermu yang jenjang
Bebat segala kain yang telah kau tanggalkan
Jangan hiraukan kulit yang lembab
Menawanmu tidak akan hilang
Kau sama berharganya seperti manusia yang lain
Januari hari ke 8, tahun 2009
Taman firdaus bentuk kotak
Selesai jam 11.18
Untuk: perempuan berjelaga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
semangat!
BalasHapus