Sepotong asa dalam alunan angklung di bulan sabit yang menjuntai. Ada mereka, ada aku dan yang paling penat adalah ada benakku. Semuanya terjalin seperti jaring laba-laba di pojok blog ini.
Rabu, November 19, 2008
Aku tidak paham
Aku tidak paham. Kau terus menerus berucap padaku, “jangan tunggu dan harap aku!”. Kau hanya bisa membuatku mati langkah dengan katalimat yang kau pikir itu adalah kalimat saktimu.
Sekarang aku tanya, jika kau rasa apa yang aku rasa saat ini, dan aku mengatakan hal demikian, aku ingin dengar kau akan berkomentar apa?
Jangan salahkan aku jika penuh rasa kepadamu. Kau pikir aku ingin mendapatkan kenikmatan rasa yang lumer ini di seluruh sendi tubuhku?
Kau pikir aku bahagia dengan menantimu?
Rasa ini yang membuatku seperti berharap-harap cemas.
Rasa ini yang menciptakan asa.
Bagaimana bisa kau tentang hati dan pikiran menjadi dua hal yang kontradiktif?
Jangan kau minta aku untuk menjelaskan ini dalam bunyimu yang abstrak itu.
Pernahkah kau coba untuk mengerti? Setidaknya, cobalah untuk memahami ....
Semua hal ini bukan aku yang minta ....
Bukan aku yang memohon dan menghiba agar rasa ini pergi, terkikis dan pada akhirnya hilang
Aku ini cuma manusia biasa.
Hanya perempuan biasa yang tidak memiliki apa-apa.
Kecuali kesadaran naifnya tentang seluruh rasa yang dia miliki sekarang.
Aku lelah.
Aku lelah selalu di rajam.
Aku lelah selalu di abaikan.
Aku lelah selalu menunggu.
Cobalah mengerti dan memahami ….
Jika rasa ini rasamu …
Apakah kau akan mengalami kegilaan yang sama?
Jakarta, 19 November 2008
Dalam penghinaan.
Pk. 01.45 WIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bagus deh neng... gue udah lama nggak nulis... sekarang nggak produktif nih gue..
BalasHapus