Sabtu, November 08, 2008

Kamu


Ternyata begini rasanya berada di persimpangan jalan. Ketika kamu menoleh ke belakang, ke samping, ke depan, tidak ada siapa-siapa di sana kecuali dirimu sendiri. Ketika kamu sibuk mencari jawaban yang sebenarnya bisa kamu temukan dalam hatimu sendiri. Ketika kamu sibuk menolak dan menyangkal semua perasaan yang sedang campur aduk dalam jiwamu sebenarnya kamu hanya perlu menerima itu semua sebagai bagian dari proses pendewasaan jiwa. Dan kamu sungguh-sungguh tidak memiliki pilihan lain selain menghadapinya. Entah untuk mencintai, dicintai, memberi, menerima, mengalah, mengikhlaskan, merelakan, meratapi, menangisi, ditangisi, khawatir atau bahkan di khawatiri oleh orang-orang terdekat.

Ketika kamu berusaha menjauh dari orang-orang tercinta dan meyakini bahwa ini salah satu jalan terbaik untuk mengakhiri sebuah hubungan.
Ketika kamu berusaha untuk menerima dan mencintai tubuh dan dirimu sendiri dan pada saat yang bersamaan seluruh logika mu memaksakan hal kebalikan dari itu semua.
Sebenarnya dimana letak kesalahannya?
Mungkin jiwamu yang kerontang
Mungkin rasamu yang beku
Mungkin akalmu yang terlalu meninggikan egomu
Mungkin penerimaan mu akan dirimu memang tidak ada
Hal-hal yang sifatnya semakin ditentang akan semakin keras menerjang

Dan disinilah aku
Sendiri
Kesepian
Hampa
Senyap
Redup
Meratap
Mendambakan sebuah kebahagiaan
Tuhan, apakah aku menjadi bersalah ketika menginginkan itu?
Apakah aku memang sunguh-sungguh tersesat sudah?
Masih bisakah aku berlari kencang seperti yang sudah-sudah?
Masih bisakah aku berjumpalitan dengan segala kekosongan diri ini?
Dan disinilah aku sekarang
Mencari jawaban
Siapa sesungguhnya aku
Dan mengapa semua kejadian ini terus menerus mendera hidupku

Aku terpuruk diujung hati
Meringkuk
Seperti bayi dalam rahim
Menantimu
Menunggumu
Dengan harap-harap cemas
Mengandalkanmu
Untuk menyelamatku
Dan membawaku pergi ketempat dimana aku bisa tenang dan damai
Bisakah itu menjadi Kamu?

Yang aku tahu
Aku hanya menginginkanmu
Aku hanya membutuhkanmu
Aku ingin kamu hadir dan mengisi kekosongan jiwaku
Aku ingin kamu menemaniku


Aku ingin kita menerima rasa ini tanpa syarat
Hanya pasrah menerima isyarat
Dan menemukan dalam diri masing-masing semua firasat
Tentang apapun diantara kita yang mulai tersekat

Tetaplah disana
Tetaplah disini
Tetaplah disitu
Tetaplah dimana-mana

Dimana aku bisa menemukanmu dalam hujan yang mengguyur ujung jalanku
Dimana kebekuanmu layaknya es yang mendinginkan kerontangku
Dimana sentuhan tanganmu bisa menyulut panas di tubuhku
Dimana kecupan ringanmu memang segala hal yang aku inginkan saat ini

Jangan pergi
Tetaplah bersamaku
Sampai takdir yang memisahkan
Sampai salah satu dari kita lelah
Dan merelakan waktu yang akan membuktikan
Siapa yang menjadi malaikat
Siapa yang menjadi iblis
Siapa yang akan menjadi juaranya ....

Dalam Kristalku
Sabtu, 8 November 2008
Pk. 09.28 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar