Kamis, Desember 04, 2008

Aku mau aku


Aku tahu aku lelah, tapi tubuh ini tidak atau belum mau menyerah, mataku belum ingin terpejam, padahal kelopak mataku sudah mulai layu. Yang aku pikirkan hanya debar jantungku yang kadang cepat dan sering melambat atau kadang-kadang terasa seperti mau lompat.

Segala jenis bentuk tanda tanya mondar mandir di kepalaku, ada, kenapa, bila, apa, kok, begitu, ya, maksudnya, tidak, iya ya, oh sampai ke owyeah?
Tapi tetap saja bibirku rajin mengepulkan asap rokok dan jariku tetap sibuk menjentikkan abu rokok ke asbak yng terhampar di seprai kasur hotel.

Hari ini, melalui hari seperti jet coaster. Naik turun, putar balik, cepat dan berhenti di titik hampa. Kembali ke malam. Ketika sore menutup usianya dan aku langsung masuk ke relung yang seringnya kulupakan, intropeksi.

Kucoba petik senyap, dan kugantung di laci hatiku, ku kunci, ku simpan dan disemayamkan disana. Apakah perlu di kafan? Di bungkus koran? Atau di jemur seperti ikan asin? Atau bahkan dibakar saja biar tidak ada kenangan akan kuburan?

Tidak juga.
Aku tetap disini.
Sendiri.
Memendam sepi dan menikmatinya.
Perih memang.
Tapi kubiarkan semuanya mengambang bersamaan dengan gabus lilin yang terapung di gelas teman aku makan malam tadi.

Ingin usai, ingin damai.
Ingin bebas, biar lepas.
Ingin diam, ingin terpejam.

Aku ingin aku.


Seminyak-Bali, 4 Desember 2008
23.50 WIB
Kamar hotel yang menyeramkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar